Semua hal pasti memiliki kekurangan. Namun bukan berarti kekurangan tersebut tidak bisa diatasi. Demikian juga kekurangan atap dari bahan bambu yang bisa diatasi dengan pengawetan atap bambu. Namun hati-hati! Tak semua pengawetan memberikan proteksi baik.
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, salah satu kekurangan atap dari bambu dibanding atap dari tanah liat hingga asbes adalah sifatnya yang mudah diserang hama. Ini dapat dimaklumi sebab bambu adalah bahan organik. Kandungan selulosa dan senyawa lain di dalamnya merupakan sumber energi yang menggiurkan bagi organisme seperti teter, rayap, jamur, hingga lumut.
Sifat itu membuat bambu rentan rapuh saat digunakan sebagai atap. Namun berkembangnya teknologi pengawetan telah banyak membantu mengatasi persoalan ini.
Apa itu Pengawetan Atap Bambu?
Yang dimaksud sebagai pengawetan pada atap bambu adalah sebuah proses berupa treatment yang tujuannya mempertahankan bambu dari serangan hama. Caranya bisa dilakukan dalam beberapa variasi. Namun secara umum, dilakukan modifikasi pada substrat bambu itu sendiri.
Tradisional dan Modern
Treatment pengawetan secara umum bisa dibedakan menjadi dua, yakni treatment modern dan tradisional. Pada treatment tradisional, modifikasi substrat bambu dilakukan dengan cara-cara seperti perendaman di sungai hingga di sawah. Dengan cara ini, diharapkan terjadi perubahan struktur kimiawi substrat bambu (misalnya akibat fermentasi bakteri sungai) sehingga nutrisinya tidak lagi disukai hama.
Berbeda dengan treatment tradisional, pengawetan atap bambu secara modern dilakukan dengan memanfaatkan bahan pengawet berupa antihama. Dengan cara ini, bambu menjadi toksik bagi hama sehingga tak akan dirusak oleh organisme-organisme perusak tersebut.
Mana yang Lebih Baik?
Dilihat dari segi efektivitasnya, treatment pengawetan bambu secara modern jauh lebih baik dibanding cara tradisional. Meskipun pengawetan secara tradisional “seolah” bisa diandalkan, namun metode tersebut tak lagi feasible dilakukan di zaman ini.
Waktu Lebih Singkat
Kelebihan pertama treatment modern adalah waktu yang dibutuhkan lebih singkat. Sebab kita hanya perlu meresapkan obat pengawet ke dalam bambu. Bandingkan saja dengan perendaman bambu di sungai yang baru efektif setelah dilakukan berbulan-bulan kemudian!
Hasil Lebih Menjanjikan
Proteksi treatment tradisional lebih bersifat langsung karena bersifat toksik bagi hama. Proteksi semacam ini jelas lebih bisa diandalkan dibanding proteksi yang diberikan treatment tradisional. Sebab bisa jadi masih ada hama yang akan menyerang kayu yang substratnya sudah difermentasikan.
Namun Memerlukan Obat Pengawet yang Baik
Meski treatment pengawetan atap bambu secara modern menjanjikan hasil lebih efektif, namun realitanya, kita harus terlebih dulu mampu memilih obat pengawetan yang baik. Sebab obat inilah yang nanti akan memberikan proteksi tersebut.
Obat pengawet yang kami sarankan adalah BioCide. BioCide terdiri dari dua varian antihama substrat dan 1 antihama untuk dicampur pada bahan finishing yang bisa diandalkan pada pengawetan bambu, kayu, dan berbagai serat alam.
BioCide Insecticide sebagai anti rayap, semut, teter atau totor, pinhole, dan wood boring beetle lainnya.
BioCide Wood Fungicide sebagai antijamur noda seperti white stain, blue stain, dan sebagainya. Obat ini juga bisa diandalkan untuk mencegah lumut dan bakteri pembusuk.
BioCide Surface Film Preservative sebagai fungisida yang bisa dicampur dalam cat.
Yang lebih menarik dari BioCide adalah sifatnya yang jauh lebih aman bagi manusia dan lingkungan dibanding obat pengawet lainnya. Sehingga aplikasi obat ini selain bisa memberikan perlindungan pada bambu, juga tak akan membuat kita was-was.
Sangat menarik bukan?
Untuk mengaplikasikan BioCide, caranya juga sangat sederhana. BioCide hanya perlu dilarutkan ke dalam solvent atau air. Cara membuat bambu tahan lama dengan BioCide bisa dipakai sebagai bahan perendaman, bahan pengolesan, atau untuk dispray pada substrat bambu itu sendiri.