Ketika membaca karakteristik teknis sebuah kayu, Anda akan mendapati keterangan densitasnya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan densitas atau kepadatan kayu?
Kepadatan Kayu dan Cara Mengukurnya
Secara ringkas kepadatan atau densitas kayu bisa diartikan sebagai berat material per satuan volume. Pengukuran dilakukan dengan membagi berat dengan volume kayu. Di lapangan, biasanya densitas kayu diidentifikasi ketika MC (Moisture Content) berada di level 12%.
Contoh: sebuah plank berukuran panjang 100 cm, lebar 10 cm, dan tebal 1 cm. Dengan demikian volume plank adalah 1000 cm3. Plank tersebut memiliki berat 1000 gram, maka densitasnya adalah 1000 gram dibagi 1000 cm3 atau 1 gram per cm3.
Densitas pada timber bisa dihitung secara general (rata-rata). Namun, kita juga perlu memperhatikan area-area timber sebab beberapa area memiliki kepadatan lebih tinggi dibanding yang lain. Misal, kayu di bagian luar (area gubal) lebih rendah densitasnya dibanding kayu bagian dalam. Jadi, ketika kayu dipotong membelah area gubal dan teras, nilai densitas harus dihitung ulang.
Hal-Hal yang Mempengaruhi Densitas Kayu
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan kayu, antara lain:
1. Spesies. Kayu berasal dari pohon tertentu. Tiap spesies pohon memiliki pola pertumbuhan yang berbeda-beda. Genetika menjadi sumber perbedaan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kepadatan sel-sel jaringan batang sehingga densitas satu kayu dengan yang lain tak bisa disamakan.
2. Tempat tumbuh dan budidaya. Aspek lingkungan seperti kandungan hara tanah, salinitas, hingga iklim suatu wilayah juga dapat mempengaruhi perbedaan densitas kayu. Pembudidaya yang bagus biasanya bisa menghasilkan kayu lebih padat.
3. Usia kayu. Batang pohon yang berusia muda baik pada tanaman muda dan area gubal umumnya memiliki densitas lebih rendah dibanding pada area teras dan tanaman yang lebih tua.
Terkait poin nomor 3, rendahnya densitas kayu pada jaringan muda disebabkan karena komponen sel yang terdiri dari sel-sel hidup. Isi jaringan hidup didominasi oleh protoplasma yang kandungan airnya tinggi. Ketika kayu dikeringkan, air akan menguap menyebabkan kehilangan bobot yang sangat besar.
Bagaimana pada jaringan tua? Sel-sel pada bagian heartwood atau teras terdiri dari sel-sel mati yang berfungsi sebagai pembuluh. Jaringan tua juga mengandung banyak air, namun bagian ini dipenuhi dengan serat, dinding sel tebal, hingga sekresi seperti tannin. Ketika dikeringkan, bobotnya akan berkurang namun tidak signifikan seperti pada bagian gubal.
Perbedaan kondisi tersebut membuat kayu teras lebih padat dibandingkan kayu gubal. Namun pada tanaman monokotil, perbedaan ini kadangkala terlihat samar, sebab jaringan batang monokotil seperti yang ditemukan pada kayu glugu dan pinus memiliki pola pertumbuhan yang berbeda.
Hubungan Kepadatan Kayu dan Kualitas Secara Teknikal
Kekuatan
Semakin padat kayu artinya seratnya semakin banyak. Secara mikroskopis-anatomik, keberadaan serat membuat jaringan kayu lebih kuat, sebab serat saling mengait dan terhubung satu sama lain.
Sifat ini secara langsung mempengaruhi tingkat kekuatan kayu. Kekuatan kayu adalah kemampuan kayu ketika mendapat energi atau beban tertentu. Misalnya, kekuatan terhadap hantaman, beban, dan juga pembengkokkan.
Contohnya saja, pada tensile strength. Kekuatan tensil dinilai dengan cara menarik tiap ujung kayu ke arah berlawanan hingga akhirnya putus. Semakin besar energi dan waktu yang diperlukan untuk membuat kayu putus, maka tensile strength kayu semakin tinggi. Kekuatan tensil dipengaruhi pola serat sampai banyaknya serat. Semakin padat kayu, maka semakin tinggi kekuatan tensil-nya.
Ketahanan
Seperti dijelaskan di atas, kepadatan kayu juga dipengaruhi oleh keberadaan sekresi-sekresi khusus. Misalnya saja zat tannin pada jati. Kandungan tanin membuat jaringan semakin kaya dan berbobot.
Di sisi lain, keberadaan tanin bisa meningkatkan ketahanan kayu dari hama, sehingga, meski tidak ada hubungan kausalitas antara ketahanan dan densitas kayu, namun ada korelasi positif antara kedua aspek tersebut. Artinya, semakin tinggi densitas kayu, umumnya kayu tersebut juga akan semakin awet.
Beberapa hama pun diketahui menghindari kayu-kayu yang padat. Sebab, permukaan kayu yang padat dianggap terlalu sulit untuk digali atau dimakan substratnya.
Kemudahan Pengolahan
Ditinjau dari ketahanan dan kekuatannya, semakin padat kayu, maka semakin baik kualitasnya. Namun, hal ini tidak berlaku ketika kita bicara mengenai kemudahan pengolahan kayu.
Tentu, kayu densitas sedang adalah material yang ideal untuk dikerjakan. Kayu-kayu seperti itu mudah dipotong hingga diukir dengan hasil yang bagus. Hal ini tak berlaku pada kayu dengan densitas sangat tinggi atau densitas sangat rendah.
Kepadatan kayu yang rendah membuat material tersebut ringkih dan mudah patah ketika diolah, sedangkan kepadatan yang tinggi membuat pemotongan hingga pengukiran pada kayu akan menguras energi, tenaga, dan biaya.
Kayu yang Padat Tidak Selalu Mahal Harganya
Meski tidak selalu, namun pada umumnya, kayu-kayu dengan densitas tinggi dijual dengan harga yang juga tinggi. Hal ini bukan semata-mata karena kepadatan substratnya, melainkan karena kualitas kekuatan dan ketahanan yang dianggap baik.
Contohnya saja aneka kayu besi. Iron wood atau kayu besi sangat populer sebagai kayu berdensitas tinggi. Kekuatan dan keawetannya juga bisa diandalkan, sehingga kayu ini banyak dicari untuk pembuatan produk berkualitas dan produk heavy duty. Misalnya untuk membuat lantai decking dan parket.
Untuk kebutuhan tersebut, iron wood jelas bisa diandalkan. Sebaliknya, kayu dengan densitas rendah seperti pinus umumnya akan dihindari.
Namun, pada beberapa kasus, kepadatan kayu yang tinggi membuat para pengrajin menghindarinya. Misalnya saja, pada kasus kayu terpentin. Karena densitasnya teramat tinggi, para pembuat mebel dan kerajinan pasti enggan ketika harus mengolahnya.